METODE PENGUMPULAN DATA
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Metodologi Penelitian
yang dibina oleh Bapak Ahmad Sholihuddin, M.Pd.
Oleh
Puguh Ari Wicaksono
928.005.18.010
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penelitian
dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang
ditujukan pada penyediaan informasi
untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus
dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode
penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini
harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Metode
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak
dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya
melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan
lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik
tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti. Dalam penelitian
ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui
bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data yang
kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.
Dan
dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian
yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena
instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu alat,
sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang digunakan dalam
penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian guna
membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu. Suatu
intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.
Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung
validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
Menyusun
instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena
itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur
penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk
menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang
dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat. Berkaitan
dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan berbagai hal
terkait dengan metode pengumpulan data dan instrument penelitian.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian pengumpulan data dan
instrumen penelitian?
2. Apa saja teknik pengumpulan data?
3.
Bagaimana
pengumpulan data dan instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif ?
4.
Apa
itu triangulasi data?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Mengetahui
pengertian pengumpulan data dan instrumen penelitian.
2.
Mengetahui
teknik pengumpulan data.
3.
Mengetahui
teknik pengumpulan data serta instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif
dan kuantitatif.
4.
Mengetahui
triangulasi data
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Pengumpulan Data dan
Instrumen Penelitian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengertian pengumpulan data adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan, atau
menghimpun data. Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data. Metode (cara atau teknik)
menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya
dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi dan lainya.
Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris,
dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data.
Sedangkan instrumen adalah alat yg
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja
teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian
(berupa seperangkat tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis
dan dipermudah olehnya.[1]
Ibnu Hadjar berpendapat bahwa
instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Sementara itu, Sumadi Suryabrata
menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan
menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa
untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk
atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari uraian beberapa pakar di atas, dapat kami ambil
suatu generalisasi bahwa metode pengumpulan data dan instrumennya adalah teknik
dan alat bantu yang digunakan dalam sebuah research untuk mengumpulkan aneka
ragam informasi yang diolah secara kuantitatif atau kualitatif kemudian disusun
secara sistematis.
B. Teknik-teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan
disini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga
benar-benar didapat data yang valid dan reliable.
Dalam suatu penelitian, langkah
pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat menentukan terhadap proses dan
hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan
pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses
dan hasil suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada
prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah
ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana,
pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti
untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,
pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan
data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan proses pengumpulan data
yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya
mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian (untuk penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk
penelitian kuantitatif).
Teknik pengumpulan data sangat
ditentukan oleh metodologi penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data: observasi, focus
group discussion (FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan
studi kasus (case study). Sedangkan dalam penelitian kuantitatif dikenal
teknik pengumpulan data: angket (questionaire), wawancara, dan
dokumentasi.
Beberapa
teknik pengumpulan data secara umum:
- Observasi
(pengamatan)
Nasution (1998) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Mursall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the
researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”
melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) membedakan
observasi menjadi observasi berpartisifasi (participant observastion),
Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observastion and covert
observation), observasi yang tak berstruktur (unstructured observation),[5]
masing-masing tipe dan jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan
karakteristik objek material sumber data penelitian.
- Observasi Partisipatif
(participant observation).
Observasi partisipatif merupakan
seperangkat strategi dalam penelitian yang tujuannya adalah untuk mendapatkan
data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban yang dekat
dan mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka. Dalam
penelitian ini peneliti menetapkan sejumlah tujuan dan menempatkan dirinya
sebagai bagian dari objek yang sedang di telitinya.[6]
Susan Stainback (1998), menyatakan
bahwa “in participant observation, the researcher observes what people do,
listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas
mereka.[7]
Dalam observasi partisipatif terdapat
beberapa kategori peran partisipan yang terjadi di lapangan penelitian
kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori peran partisipan
dilapangan yaitu:
1)
Peran
serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota penuh
dari yang diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari yang
diamati, termasuk yang barang kali yang dirahasiakan.
2)
Peran
serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai
pengamat (ply on the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini
sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik
maupun psikis dalam pengertian yang sesungguhnya.
3)
Pengamat
sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut
melakukan apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun
belum sepenuhnya.
4)
Pengamat
penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati terpisah,
informasi diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.
- Observasi Terus
Terang atau Tersamar
Pada uraian di atas telah dijelaskan
bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya adalah untuk menemukan dan
mengungkap fakta yang ada di lapangan secara alamiah (natural setting).
Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik
pengumpulan data di lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data
diperolehnya bersifat alamiah.
Oleh karena itu dalam observasi
peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan terus terang kepada sumber data
(kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang melakukan observasi
dalam penelitian”. Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti
diketahui semuanya oleh orang yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti
tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari
kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan
diijinkan untuk melakukan observasi.
- Observasi Tak
Berstruktur
Dalam penelitian kualitatif dilakukan
dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi
akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian
sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat
dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.
Observasi tidak terstruktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di
observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa
yang akan diamati. Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen
yang telah baku, tapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Selanjutnya Spradley (1980)
mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan dan objek yang
observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus,
dan Observasi terseleksi. Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat),
pelaku (aktor) dan kegiatan (aktivitas).
Dari ketiga objek tersebut dapat
dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok, yaitu; Ruang (tempat) dalam
aspek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi; Kegiatan,
yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang
terdapat di tempat itu; Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian
atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu, yaitu menyangkut urutan
kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang
dirasakan dan dinyatakan.
2. Questioner (Kuesioner/Angket)
Questioner
disebut pula angket atau self administrated questioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada
responden untuk diisi. Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner
ini dibagi menjadi dua:
a.
Kuesioner
terbuka
Adalah suatu kuesioner dimana
pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan sehingga
responden dapat bebas/terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan
pendapat/pandangan dan pengetahuannya.
Kelebihan
kuesioner terbuka;
1)
Menyusun pertanyaan sangat mudah,
2)
Memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab dan mencurahkan isi hati
dan pemikirannya.
Kelemahan
kusioner terbuka;
1)
Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan mengelompokkan jawaban karena sangat
bervariasinya jawaban yang diberikan oleh responden,
2)
Pengolahan jawaban memakan waktu yang lama, satu dan lain hal peneliti harus
membaca satu persatu,
3)
Untuk peneliti mungkin menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit dibaca,
kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan oleh responden,
4)
Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu luang
untuk menjawab.
b.
Koesioner tertutup
Adalah
suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah disediakan
jawaban pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jawaban
yang telah disediakan.
Kelebihan
kuesioner tertutup;
1)
Untuk
peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk,
2)
Untuk
peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban menjadi singkat
karena dapat memanfaatkan bantuan enumerator,
3)
Untuk
responden, mudah memilih jawaban,
4)
Untuk
responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu singkat.
Kelemahan
kuestioner tertutup;
1)
Untuk
peneliti, dalam penyusunan pertanyaan perlu berhati-hati agar tidak ditafsirkan
lain (berarti ganda),
2)
Untuk
responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi.
3. Interview (Wawancara)
Wawancara
adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh pewawancara
dengan orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Wawancara
lapangan adalah produksi bersama peneliti dan anggota. Anggota yang peserta
aktif yang wawasan, perasaan, dan kerjasama merupakan bagian penting dari
proses diskusi yang mengungkapkan makna subjektif. Kehadiran pewawancara dan
dari keterlibatan bagaimana dia mendengarkan, menghadiri, mendorong, menyela,
digresses, memulai topik, dan berakhir tanggapan-merupakan bagian integral akun
responden.
a. Macam-macam Interview/wawancara.
Esterberg
(2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara terstruktur
(structured interview); Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview);
Wawancara tak berstruktur (unstructured Interview).
b. Langkah-langkah wawancara.
Lincoln
dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan
wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan
dilakukan.
2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan
menjadi bahan pembicaraan.
3) Mengawali atau membuka alur wawancara.
4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara
dan mengakhirinya.
5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan
lapangan.
6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara
yang telah diperoleh.
c. Isi wawancara
Beberapa
jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:
1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu
apa yang telah dikerjakannya atau yang lazim dikerjakannya.
2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran
atau perkiraanya tentang sesuatu.
3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa
cemas, takut, senang, gembira,curiga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu..
4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang
diketahuinya tentang sesuatu..
5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar,
dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan secara deskriptif.
6)
Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan
sebagainya.
Beberapa aspek di atas dipersiapkan
agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap sesuatu yang hendak ditanyakan.
Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti tentang apa-apa yang
dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Dan pada intinya
pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian
atau harus sesuai dengan tujuan penelitian.
d. Alat-alat wawancara
1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua
pembicaraan atau percakapan dengan sumber data, sekarang sudah banyak
komputer-komputer kecil, notebook yang dapat digunakan untuk mencatat hasil
pembicaraan.
2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua
percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu
memberi tahu kepada informan boleh atau tidak.
3)
Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan
informan/sumber data. Dengan adanya foto-foto ini dapat meningkatkan keabsahan
dan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data.
4. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang
berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk
gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, kaset, dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis,
patung naskah, tulisan, prasasti dan lain sebagainya. Secara interpretatif
dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis
atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan
dokumen-dokumen. Dokumen kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi
publik yang beragam, file siswa dan pegawai, diskripsi program dan data
statistik pengajaran. Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang non manusia
(non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan
statistik.
Dokumen digunakan dalam penelitian
sebagai sumber data sekunder manakala dokumen tersebut memiliki nilai. Menurut
Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari beberapa hal
sebagai berikut:
a.
Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi
pemenuhan kebutuhan akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui.
Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi semua dokumen.
b.
Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna
karena memberi konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna
karena berisi teori, data pendukung empiris, atau metodologi.
c.
Conditional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul
beberapa kondisi atau syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat
memperkuat dokumen tersebut.
d. Social values, yaitu suatu dokumen
keberadaannya sangat berguna dalam hubungan dengan kelompok atau individu.
Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh
lainnya.
Jadi hasil penelitian dari observasi
atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi
kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan
autobiografi. Hasil penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Selanjutnya perlu di perhatikan bahwa
tidak semua dokumen memiliki kredibel yang tinggi, misalnya terdapat berbagai
foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan
tertentu. Begitu pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.
C. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif
1.
Instrumen Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif instrumen
terpenting adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat
bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti
itu sendiri. Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi
terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian -baik secara akademik maupun logiknya.
Peneliti kualitatif sebagai human
instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti
sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a.
Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b.
Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c.
Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa
test atau angket yng dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.
d.
Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan
pengetahuan semata dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e.
Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah
pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f.
Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.
Peneliti
sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping
memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.
Kelebihannya
antara lain:
a.
Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada
subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut
"memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita
yang kasat mata. Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui
penelitian kualitatif.
b.
Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data
telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif,
pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen (misalnya kuesioner) yang
sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu saja.
c.
Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman
yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti
memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi di dalam
masyarakat.
Sementara
beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah:
a.
Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti.
Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak
hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar mencampuradukkan antara data
lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
b.
Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini
sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan
melaporkan hasil penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan
dan "insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan
makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran
pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami
kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".
c.
Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat
perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian
kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan
hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti
kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam),
sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya.
Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian
kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.
Menurut
(Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya, instrumen
yang dapat digunakan antara lain:
- Instrumen Wawancara
Instrumen
wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat mengungkap
informasi lintas waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa lampau, masa
sekarang, dan masa yang akan datang. Dan data yang dihasilkan dariwawancara
bersifat terbuka, menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu membentuk
informasi yang utuh dan menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif.
- Instrumen Observasi
atau Pengamatan
Instrumen
observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari teknik
wawancara yang telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung objek penelitian, sehingga peneliti
mampu mencatat dan menghimpun data yang diperlukan untuk mengungkap penelitian
yang dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti harus memahami
terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran yang dilakukan peneliti.
- Instrumen Dokumen
Dokumen
dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data wawancara
dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian kualitatif dapat
berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari obyek yang diteliti.
2. Instrumen Penelitian Kuantitatif
Jika dalam penelitian kualitatif,
instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka dalam penelitian
kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang "independent"
dari peneliti. Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun
instrumen itu.
Pada
umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni
tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang
berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur
suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa non
tes, seperti skala sikap atau daftar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti
yang menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk
peneliti yang menggunakan teknik interview atau wawancara, pedoman observasi
untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
Skala
bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.
Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup
memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini dapat
dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan di dalam orang
menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Pedoman
wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada
responden. Sedangkan pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
Penelitian
kuantitatif dalam mengambil data menggunakan instrumen yang berupa:
a. Instrumen Tes dan Inventori
Tes
dan inventori digunakan untuk pengambilan data penelitian kuantitatif karena instrumen tes untuk mengukur kemampuan
seseorang dalam bidang tertentu, seperti bakat matematika, bakat musik,
kemampuan bahasa dan sebagainya. Sedangkan inventori untuk mengetahui
karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Dari kedua instrumen ini
data yang terkumpul berupa angka-angka yang nantinya akan diuji dengan
statistik untuk menentukan tujuan dari penelitian.
b. Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket
atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif, untuk menjaring data
yang sifatnya informatif dan faktual. Misalnya data tentang tingkat pendidikan,
umur, penilaian terhadap kepribadian dan sebagainya. Jenis data untuk angket
atau kuesioner berupa angka-angka, kemudian akan diolah dengan bantuan software
statistik untuk mengetahui hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam
pengambilan data, sebelumnya harus sudah tentukan dan sudah diuji coba terlebih
dahulu.
c. Instrumen Lembar Observasi
Lembar
observasi digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif haruslah disusun
terlebih dahulu dan diuji coba, serta digunakan dalam pengambilan data yang
berupa angka-angka.
d. Instrumen Dokumen
Dokumen
digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif sebagai pengambilan
data atau rekapan data yang terdiri dari data nilai yang berupa angka dan bisa
diseleksi dengan menggunakan statistik.
- Triangulasi Data
Triangulasi pada hakikatnya merupakan
pendekatan multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya adalah
bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh
kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret
fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan memungkinkan
diperoleh tingkat kebenaran yang handal.
Karena itu, triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau
informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda
dengan cara mengurangi sebanyak mungkin
bias yang terjadi pada saat pengumpulan
dan analisis data.
Sebagaimana diketahui dalam
penelitian kualitatif peneliti itu sendiri
merupakan instrumen utamanya. Karena itu, kualitas penelitian kualitatif
sangat tergantung pada kualitas diri penelitinya, termasuk pengalamannya
melakukan penelitian merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semakin banyak
pengalaman seseorang dalam melakukan penelitian, semakin peka memahami gejala
atau fenomena yang diteliti. Namun demikian, sebagai manusia, seorang peneliti
sulit terhindar dari bias atau subjektivitas. Karena itu, tugas peneliti mengurangi
semaksimal mungkin bias yang terjadi agar diperoleh kebenaran utuh. Pada titik
ini para penganut kaum positivis meragukan tingkat ke’ilmiah’an penelitan kualitatif. Malah ada yang secara ekstrim menganggap penelitian kualitatif
tidak ilmiah.
Sejarahnya, triangulasi merupakan
teknik yang dipakai untuk melakukan survei dari tanah daratan dan laut untuk
menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan beberapa cara yang berbeda.
Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu mengurangi bias dan kekurangan yang
diakibatkan oleh pengukuran dengan satu metode atau cara saja. Pada masa
1950’an hingga 1960’an, metode tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara
untuk meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan
penelitian dengan cara membandingkannya dengan
berbagai pendekatan yang berbeda.
Karena menggunakan terminologi dan
cara yang mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti
pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang perdebatan cukup panjang di
antara para ahli penelitian kualitatif sendiri. Alasannya, selain mirip dengan
cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat
dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, tetapi toh juga akan menghasilkan
data yang berbeda-beda pula. Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring
dengan perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam
penelitian kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan
kredibilitas penelitian.
Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan
atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling
terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Sampai saat ini, konsep
Denkin ini dipakai oleh para peneliti kualitatif di berbagai bidang.
Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:
(1)
triangulasi
metode,
(2)
triangulasi
antar-peneliti (jika penelitian dilakukan dengan kelompok),
(3)
triangulasi
sumber data, dan
(4)
triangulasi
teori.
Berikut
penjelasannya.
1.
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana
dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara,
obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan
gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan
metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,
peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran
informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan
diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini
dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan
penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas,
misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya,
triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya
tetap dilakukan.
2.
Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu
orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya
khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.
Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang
telah memiliki pengalaman penelitian dan
bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan
melahirkan bias baru dari triangulasi.
3.
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu melalui
berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara
dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant
obervation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi,
catatan atau tulisan pribadi dan gambar
atau foto. Tentu masing-masing cara itu
akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal.
4.
Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa
sebuah rumusan informasi atau thesis statement.
Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang
televan untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan
yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman asalkan peneliti mampu
menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis data
yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit sebab peneliti dituntut
memiliki expert judgement ketika membandingkan temuannya dengan
perspektif tertentu, lebih-lebih jika
perbandingannya menunjukkan hasil
yang jauh berbeda.
Bahwa triangulasi menjadi sangat
penting dalam penelitian kualitatif, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta
tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman
pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana
fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep
understanding) atas fenomena yang diteliti
merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti
kualitatif. Sebab, penelitian kualitatif lahir untuk menangkap arti (meaning)
atau memahami gejala, peristiwa, fakta, kejadian, realitas atau masalah
tertentu mengenai peristiwa sosial dan kemanusiaan dengan kompleksitasnya
secara mendalam, dan bukan untuk
menjelaskan (to explain) hubungan antar-variabel atau membuktikan
hubungan sebab akibat atau korelasi dari suatu masalah tertentu. Kedalaman
pemahaman akan diperoleh hanya jika data cukup kaya, dan berbagai perspektif
digunakan untuk memotret sesuatu fokus masalah secara komprehensif. Karena itu,
memahami dan menjelaskan jelas merupakan dua wilayah yang jauh berbeda.[2]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk menghimpun data. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
digunakan dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang
diolah secara kuantitatif atau kualitatif kemudian disusun secara sistematis.
2.
Teknik-teknik pengumpulan data;
a)
Interview,
b)
Dokumen,
c)
Observasi,
d)
Kuesioner/angket.
3. Satu-satunya instrumen terpenting dalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Dan menggunakan alat-alat
bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti
itu sendiri. Instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua
yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang
berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur
suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes,
seperti skala sikap atau daftar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang
menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk
peneliti yang menggunakan teknik intervieu atau wawancara, pedoman observasi
untuk peneliti yang menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2000. Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kuantitatif dalam Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Heriyanto,
Albertus dan Sandjaja, Panduan
Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Kaelan,
M.S., 2010. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner,
Yokyakarta: Paradigma.
Nasution,
1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito.
Neuman, W. Lawrence, 2004. Social Research Metthods, Canadian Internanational
Depelopment Agency.
Patton,
Michael Quninn, 1980. Qualitative Evaluation Methodes, Sage Publications,
Baverly Hills.
Satori,
Djam’an dan Aan Komariah, 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono,
2009. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono,
2012. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta.
Sukandarrumidi,
2006. Metode Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, Cet. 3,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suryabrata,
Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo.
http://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html
di akses 16 Agustus 2018
http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/ di akses 16 Agustus 2018
[1] Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rineka
Cipta.
[2] http://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html
di akses 16 Agustus 2018
EmoticonEmoticon